Melawan Keterbatasan
Keterbatasan seseorang yang seringnya menjadi minder dengan kelebihan orang lain. Merasa kecil di lingkungan yang penuh kaum militan. Merasa takut untuk menunjukan diri di muka umum.
Nyatanya semua itu hanyalah perasaan saja. Tidak ada
yang perlu diresahkan. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Tidak ada yang
perlu disembunyikan. Karena dalam bersosialisai, bukan lingkungan yang
mengikuti keberadaan kita. Namun, kitalah yang mengikuti lingkungan
tersebut.
Ibarat makan. Piring itu penting sebagai wadah nasi dan
lauk-pauknya. Kalau tidak adak piring/tempat lainnya, mau makan di
tanah. Yakin, mau? Di mana di atas tanah yang tengah kekeringan, ada
sisa kencingnya hewan, jutaan bakteri berkerumun. Yakin, siap sakit? Ah,
tidak dong. Sehat itu mahal. Begitu juga lingkungan hanyalah sebuah
wadah. Yang menentukan baik-buruknya ya makhluk hidup yang ada di
dalamnya. Terutama manusia, sebagai makhluk yang diberi akal dan
kecerdasan melebihi makhluk lainnya.
Orang-orang saling beradu menunjukan. Ini aku. Ini yang
aku punya. Ini yang sudahaku lakuin. Nah, kalau kita hanya merasa resah
dengan ketidakpercayaan terhadap diri sendiri, sampai kapanpun seperti
jarum dalam jerami. Tidak terlihat. Bahkan bisa jadi tidak ada yang
menyadari keberadaan kita. Perlahan menghilang deh seperti buih di
lautan. Sehingga, munculah perasaan dan pikiran negatif.
Oleh karena itu otak harus tetap waras
Membuka diri itu penting untuk bertahan di tengah
lingkungan yang tidak beda jauh dengan hutan rimba. Suasana mencekam,
banyak makhluk buas yang sedang mengintai, ada yang bermuka dua dan
ketegangan lainnya. Namun, dibalik itu semua, sebetulnya tidak ada yang
perlu ditakuti. Karena suasana yang tidak bersahabat itu hukum alam
dalam bertahan hidup. Seekor ibu singa begitu menyayangi anaknya. Kucing
dan lumba-lumba saling bersahabat. Kupu-kupu dan kumbang saling
membantu. Burung dan serigala saling bersiul.
Pun, dengan manusia. Sekeras-kerasnya hidup, manusia
satu dengan lainnya saling bergantung. Saling bahu-membahu. Saling
menguatkan. Saling memberi manfaat. Saling menghargai. Kalaupun ada si
raja singa yang mengacaukan segalanya. Tidak perlu resah, karena akan
lebih banyak lagi orang yang saling berpangku tangan.
Selalu ingatkan kepada diri sendiri. Membuka diri itu
tidak ada ruginya. Karena hidup sungguh sayang untuk di sia-siakan.
Sedangkan waktu terus berjalan. Dunia ini penuh dengan warna. Kenapa
hidup kita malah buram yang tidak beda jauh dengan tv hitam-putih
zamannya bensin masih dua ribu lima ratus rupiah?
Cara Membuka Diri
Membuka diri itu penting banget. Apalagi jika selama ini
hidup sebagai si introvert. Sekaranglah saatnya untuk melawan
keterbatasan. Dengan tekad kuat dan keyakinna. Tentunya dengan terus
belajar, belajar dan belajar.
Adapun hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenal diri sendiri. Dengan merenungi hal ini.
Siapa aku?Apa kemampuanku?Apa yang aku miliki?– Edith Grotbergh
Jika sudah tahu jawabannya. Lakukan langkah berikutnya
dengan menunjukan ketiga hal di atas. Ungkapkan ke publik. Siapa aku,
siapa kamu, siapa kalian. Tunjukanlah dengan penuh percaya diri. Dengan
pikiran-pikiran positif. Dengan menegaskan kepada diri sendiri, untuk
mencoba.
Mereka bisa, kenapa aku tidak?
Aku percaya, kesulitan datang karena keraguan. Dan
keraguan harus dibunuh dengan tindakan. Jangan menyerah sebelum
bertindak. Coba. Coba lagi. Dan coba terus. Lakukan. Lakukan lagi. Dan
lakukan selamanya. Sesimple itulah hidup kita.
Mengenai hasil jangan diambil pusing. Diterima tidaknya
oleh lingkungan jangan terlalu dipikirkan. Jika tidak sesuai harapan,
tinggal bangkit lagi. Cari tahu apa yang salah? di mana yang harus
diperbaiki? Selalu seperti itu. Batasan apapun dalam diri, jangan sampai
mengikat kuat kelebihan yang dimiliki. Karenanya begitu penting dalam
melawan keterbatasan.
Melawan Keterbatasan Dengan Belajar
Tuhan itu maha adil. Bagaimana pun bentuk fisik manusia,
tidak ada yang hanya memeiliki kelebihan atau kekurangan saja. Malahan,
kelebihan bisa menjadi kekurangan dan kekurangan bisa jadi kelebihan.
Yes! Batasan yang kita anggap kekurangan itu, bisa dibabat habis menjadi
kelebihan.
Lihatlah para atlet disabilitas yang mampu meraih emas dan
mengharumkan nama Indonesia. Secara fisik mereka memiliki kerbatasan.
Namun, tidak berarti tidak mampu berprestasi. Tidak berarti keterbatasan
tersebut membatasi segalanya. TIDAK! Mereka melawan keterbatasan
tersebut.
Dan, cara agar keterbatasan itu menjadi sesuatu yang bermanfaat
dengan melawannya. Melawan dengan belajar. Belajar secara teori maupun
dari pengalaman. Belajar dari semangat orang lain. Belajar dari
kesalahan orang lain. Belajar dari segala aspek kehidupan.
Jangan menyerah sebelum bertumpu pada titik akhir. Apapun itu perlu
diperjuangkan dan dicari solusinya. Demi melawan keterbatasan dalam
diri.
Menyerah terhadap keadaan bukan pilihan yang tepat. Menunjukan
eksistensi diri jangan kalah sama eksistensi makhluk tak kasat mata atau
kehadiran mantan yang ngebet pengin balikan. Sebaliknya, mari melawan
keterbatasan kita dengan belajar.
Muda atau tua, belajar itu kebutuhan. Seperti aku membutuhkanmu.hehehe
Komentar
Posting Komentar